Jelajah berikutnya adalah menyambangi salah satu tempat yang paling dikeramatkan di pulau berhala, yaitu makam Datuk Paduko Berhalo.
Dan ini adalah pengalaman yang cukup mengesankan tapi juga menegangkan, sebelum menyambangi kuburan datuk paduko berhalo, team wisata terlebih dahulu meminta ijin kepada sang kuncen penjaga makam tersebut, syukur alhamdulillah....team wisata diijinkan untuk menyambangi makam tersebut dengan beberapa persyaratan :
1. Selama menyambangi makam, jangan bicara kotor apalagi berbuat kotor
2. Wanita yang sedang berhalangan dilarang ikut menyambangi makam tersebut
Dan kami diberikan kesempatan untuk mewawancarai beberapa sumber tentang sosok Datuk Paduko Berhala, Raja Jambi.
Berikut beberapa hasil dari petikan wawancara koordinator rombongan dengan nara sumber mengenai Datuk Paduko Berhalo :
JAMBI KERAJAAN ISLAM PERTAMA DI INDONESIA
Selama ini yang kita tahu Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah terletak di Aceh dengan nama kerajaan Samudera Pasai. Raja pertamanya bernama Al Malikul Saleh yang berkuasa pada tahun 1205-1297. Agama Islam masuk ke Aceh langsung dari Mekah yang dibawa oleh Ulama bernama Syech Ismail utusan Syarif Mekah. Sebelum sampai ke Aceh Syech Ismail singgah di Malabar (sekarang Kolombo) dan Fansuria (sekarang Barus).
Pada saat itu Jambi dibawah kekuasan Kerajaan Dharmasraya. Raja pertamanya adalah Shri Tribhuana Raja Mauliwarmadhewa (1270-1297) yang menikah dengan Putri Reno Mandi. Sang raja dan permaisuri memiliki dua putri yang cantik jelita, yaitu Dara Jingga dan Dara Petak. Pusat kerajaan terletak di Sumatera Barat tepatnya Kabupaten Sawah Lunto. Sekarang menjadi kabupaten sendiri yang bernama Kabupaten Darmasraya.
Dalam catatan sejarah Jambi, Islam masuk dibawa oleh Datuk Paduko Berhalo atau Ahmad Salim antara tahun 1300 sampai 1400. Sebagai mana diketahui bahwa Ahmad Salim adalah utusan dari Kerajaan Bani Usmaniah di Turki. Ahmad Salim membawa agama Islam dari Turki melalui pantai Timur Jambi atau tepatnya di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dari sini Agama Islam menyebar ke seluruh pelosok Jambi.
Dengan ditemukannya surat yang dikirim oleh Sulaiman bin Abdul Malik raja Umaiyah ke VII kepada raja kerajaan Sriwijaya Jambi bernama Seri Maharaja Serindra Wennan pada tahun 717 di Grenada Sepanyol maka terpatahkanlah pendapat selama ini yang mengatakan kerajaan Islam pertama di Indonesia terletak di Aceh. Bahkan menurut Azyu Marzi Arza dalam buku Jaringan Islam Nusantara bahwa kerajaan Islam pertama di Indonesia terletak di Jambi.
Jambi sudah dikenal sejak tahun 644/645. Dalam catatan It-sing dan Pendeta Cina bernama Wu-hing menyebut Jambi dalam catatannya dengan Moloyeu. Agama yang dianut oleh penduduknya sebagian besar adalah agama Budha aliran Hinayana. Melihat komposisi penduduk Jambi pada waktu itu beragama Budha, dapat diperkirakan rajanya berasal dari India. Sumber Arab yang dikutip oleh Al-Jahizh (’Amr Al-Bahr,783-869) menyebutkan surat dari raja Melayu bernama Sri Indraravaman (Sri Maharaja Serindrawannan) kepada Khalifah Bani Umaiyah bernama Sulaiman bin Abdul Malik tahun 653-753. Isi surat tersebut menceritakan tentang kekaguman Raja terhadap agama Islam. Ini membuktikan bahwa pada abad ke 7 Islam sudah masuk ke Jambi bahkan raja Melayu pada waktu itu sudah memeluk agama Islam (KH. Sirajuddin Abbas,2004).
Pada sekitar abad ke 14, Kerajaan Melayu Jambi dipimpin oleh Adityawarman yang berkuasa setelah Kerajaan Sriwijaya runtuh karena dikalahkan oleh tentara Jawa (Kronik Rajakula Ming). Adityawarman adalah putera Adwayawarman dengan Dara Jingga. Adwayawarman masih keturunan raja Majapahit. Sedangkan Adityawarman sendiri sejak kecil diasuh dan dibesarkan di lingkungan istana kerajaan Majapahit (Slamet Muljana,2008). Adityawarman merupakan keturunan Jawa dan Melayu menjadi pemimpin yang mampu membawa Kerajaan Melayu maju dan dapat menjalin kerjasama bidang perdagangan dengan Cina dan India. Pada zaman Raja Adityawarman pusat Kerajaan Melayu dipindahkan dari Darmasraya ke Sungai Dareh dan dipindahkan lagi ke Sungai Tarab Batu Sangkar dan mendirikan Kerajaan Pagaruyung.
Pada sekitar abad ke 15, Kerajaan Melayu Jambi sudah menjadi Kerajaan Islam. Rajanya bernama Orang Kayo Hitam. Legenda Orang Kayo Hitam berkembang di tengah-tengah masyarakat Kota Jambi. Walaupun demikian dari legenda ini dapat ditarik beberapa poin sejarah. Orang Kayo Hitam adalah keturunan Turki. Ayahnya bernama Ahmad Salim yang terkenal dengan Datuk Paduko Berhalo sedangkan ibunya bernama Puteri Selaras Pinang Masak. Pada masa kepemimpinan Orang Kayo Hitam, pusat Kerajaan Melayu dipindahkan dari Muara Sabak ke Kota Jambi. Penempatan Kota Jambi menjadi pusat Kerajaan dikenal dengan sebutan Tanah Pilih. Kota Jambi saat itu maju pesat dan berbagai suku datang untuk ikut membangun Tanah Pilih. Perpindahan penduduk ini merupakan gelombang eksodus ketiga. Orang Kayo Hitam memperkenalkan pertama kali Keris Siginjai sebagai lambang Raja atau Sultan Kerajaan Melayu Jambi.
Kononnya Tuanku Ahmad Salim dari Gujerat berlabuh di selat Berhala, Jambi dan mengislamkan orang-orang Melayu disitu, ia membangun pemerintahan baru dengan dasar Islam, bergelar Datuk Paduko Berhalo dan menikahi seorang putri dari Minangkabau bernama Putri Selaras Pinang Masak. Mereka dikurniakan Allah 4 anak, kesemuanya menjadi datuk wilayah sekitar kuala tersebut. Adapun putra bongsu yang bergelar Orang Kayo Hitam berniat untuk meluaskan wilayah hingga ke pedalaman, jika ada tuah, membangun sebuah kerajaan baru. Maka ia lalu menikahi anak dari Temenggung Merah Mato bernama Putri Mayang Mangurai. Oleh Temenggung Merah Mato, anak dan menantunya itu diberilah sepasang Angsa serta Perahu Kajang Lako. Kepada anak dan menantunya tersebut dipesankan agar menghiliri aliran Sungai Batanghari untuk mencari tempat guna mendirikan kerajaan yang baru itu dan bahwa tempat yang akan dipilih sebagai tapak kerajaan baru nanti haruslah tempat dimana sepasang Angsa bawaan tadi mahu naik ke tebing dan mupur di tempat tersebut selama dua hari dua malam.
Setelah beberapa hari menghiliri Sungai Batanghari kedua Angsa naik ke darat di sebelah hilir (Kampung Jam), kampung Tenadang namanya pada waktu itu. Dan sesuai dengan amanah mertuanya maka Orang Kayo Hitam dan istrinya Putri Mayang Mangurai beserta pengikutnya mulailah membangun kerajaan baru yang kemudian disebut “Tanah Pilih”, dijadikan sebagai pusat pemerintahan kerajaannya (Kota Jambi) sekarang ini.
No comments:
Post a Comment